Sayaberharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Jombang , 28 juli 2012 (Winkjosastro,2002) sedangkan Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah pada sel darah dibawah 11% gram pada usia kehamilan 4-7 bulan (Saifuddin,2002
100% found this document useful 6 votes8K views21 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 6 votes8K views21 pagesMakalah Anemia Pada Ibu HamilJump to Page You are on page 1of 21 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 15 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 19 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. BahayaAnemia pada Ibu Hamil. Berikut ini adalah beberapa bahaya anemia, baik terhadap kesehatan dan keselamatan ibu yang mengandung maupun janinnya: 1. Depresi postpartum. Depresi postpartum adalah depresi yang dialami oleh ibu setelah persalinan. Mengalami anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi postpartum.
ABTRAKSI Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. 2 World Health Organization WHO melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia Susenas dan Survei Depkes-Unicef dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan dan pertumbuhan janin. Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena defisiensi besi 43,1%. Demikian pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi p = 0,03, vitamin A p =0,004 dan status gizi LILA p = 0,003. 7 Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan anemia gizi.

Prevalensianemia pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan data Riskesdas (2013) menurut kriteria anemia yang ditentukan WHO dan pedoman Kemenkes 1999 menunjukkan bahwa 37,1% ibu hamil menderita anemia dan proporsinya hampir sama antara ibu hamil di perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%) dan mengalami kenaikan

100% found this document useful 2 votes1K views15 pagesDescriptionini makalah anemia jjojo okojCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes1K views15 pagesMakalah Anemia Pada Ibu HamilJump to Page You are on page 1of 15 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 13 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Prevalensianemia pada ibu hamil menurut data Riskesdas tahun 2018 adalah sebsesar 48.9%, hal ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 yang semula 37.1%. Menurut data profil kesehatan DIY tahun 2017, prevalensi anemia di DIY adalah 14.32% dan prevalensi anemia pada ibu hamil di Kabupaten Bantul adalah 16.32%. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
Makalah anemia pada ibu hamil KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan IV Patologi. Adapun makalah ini mengenai Anemia pada kehamilan, Hiperemesis Gravidarum, Abortus, Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswi D-III Akademi Kebidanan STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR. Akhirkata melalui kesempatan ini kami, penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih. Makassar, 31 Mei 2014 Penyusun BAB I PENDAHULUAN Anemia pada ibu hamil disebabkan tubuh memproduksi banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi jika tidak mendapatkan zat besi yang cukup maka atau gizi yang lain tertentu tubuh tidak akan mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat tambahan sel darah merah. Mual nausea dan muntah emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primigravida dan 40 – 60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG Human Chorionic Gonadrotropin dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. Prawirohardjo, 2002. Abortus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang tidak mampu hidup di dunia luar dengan masa gestasi < 20 minggu dengan berat <500 gram. Molahidatidosa atau hamil anggur adalah suatu bentuk tumor jinak yang dari sel - sel trofoblas yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari - ari janin. Hasil pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung - gelembung menyerupai buah anggur. Kehamilan Ektopik Terganggu adalah proses kehamilan dimana ovum atau sel telur berimplantasi di luar rahim yaitu di tuba fallopi. BAB II KOMPLIKASI PADA TRIMESTER I DAN II Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering mengalami anemia. Ketika ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke jaringan. Selama kehamilan, tubuh memproduksi lebih banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi. Jika tidak mendapatkan cukup zat besi atau zat gizi lain tertentu, tubuh mungkin tidak mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat tambahan darah. Adalah normal bagi ibu hamil menderita anemia ringan dalam kehamilannya. Tapi beberapa orang mungkin mengalami anemia yang lebih serius akibat dari rendahnya kadar zat besi atau vitamin atau dari alasan lainnya. Anemia dapat membuat sang ibu merasa lelah dan lemah. Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur. Berikut akan dipaparkan mengenai apa yang perlu kita ketahui tentang penyebab, gejala, dan pengobatan anemia selama kehamilan 1. Jenis Anemia Selama Kehamilan Beberapa jenis anemia dapat terjadi selama kehamilan, diantaranya adalah a. Anemia defisiensi zat besi Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Hemoglobin merupakan salahsatu protein dalam sel darah merah, dan ia membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Dalam anemia defisiensi zat besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk seluruh jaringan tubuh. Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan. b. Anemia defisiensi folat Folat biasa juga disebut asam folat, termasuk dalam kelompok vitamin B. Tubuh membutuhkan folat untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat. Selama kehamilan, wanita membutuhkan folat tambahan. Tapi kadang-kadang mereka tidak mendapatkan cukup dari makanannya. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang normal yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Kekurangan folat bisa langsung berkontribusi terhadap beberapa jenis cacat lahir. c. Anemia defisiensi vitamin B12. Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika seorang wanita hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan, tubuhnya tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat. Wanita yang tidak mengonsumsi daging, unggas, produk susu, dan telur memiliki resiko lebih besar terkena kekurangan vitamin B12, yang dapat berkontribusi untuk cacat lahir. Kehilangan darah selama dan setelah melahirkan juga dapat menyebabkan anemia. 2. Faktor Resiko Anemia pada Kehamilan Semua wanita hamil beresiko untuk menderita anemia karena mereka memerlukan lebih banyak asam folat dan zat besi dari biasanya. Tapi resiko akan lebih tinggi dalam situasi berikut a. Hamil dengan lebih dari satu anak kembar b. Dua kehamilan berdekatan c. Muntah banyak karena morning sickness e. Tidak makan cukup makanan yang kaya zat besi f. Mengalami masa berat sebelum hamil fisik dan psikis 3. Gejala Anemia Selama Kehamilan Gejala yang paling umum dari anemia selama kehamilan adalah a. Kulit, bibir dan kuku pucat b. Merasa lelah atau lemah e. Detak jantung yang cepat Pada tahap awal, anemia mungkin tidak memiliki gejala yang jelas. Dan banyak diantara gejala yang dirasakan sering terjadi di masa kehamilan. Jadi, pastikan ibu hamil untuk mendapatkan tes darah rutin ketika melakukan pemeriksaan kehamilan, agar anemia dapat terdeteksi sedini mungkin. 4. Resiko Anemia pada Kehamilan Anemia kekurangan zat besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan resiko a. Bayi prematur atau berat lahir rendah b. Transfusi darah jika kehilangan sejumlah besar darah selama persalinan c. Depresi pasca melahirkan Defisiensi folat yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko a. Bayi prematur atau berat lahir rendah b. Bayi dengan cacat lahir yang serius pada tulang belakang atau otak neural tube defects Yang tidak diobati kekurangan vitamin B12 juga dapat meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf neural tube defects. 5. Pemeriksaan untuk Anemia Selama pemeriksaan kehamilan yang pertama, sang ibu akan mendapatkan pemeriksaan darah yang dapat membantu dokter atau bidan memeriksa apakah ia mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan darah biasanya meliputi a. Pemeriksaan Hemoglobin. Pemeriksaan ini bertujuan mengukur jumlah hemoglobin - protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke jaringan tubuh. b. Pemeriksaan Hematokrit Pemeriksaan ini mengukur persentase sel darah merah dalam sampel darah. Jika ibu hamil memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit lebih rendah dari tingkat normal, ia mungkin mengalami anemia kekurangan zat besi. Dokter juga mungkin akan memeriksa tes darah lainnya untuk menentukan apakah ia mengalami anemia karena kekurangan zat besi atau penyebab lain. Bahkan jika seorang ibu hamil tidak menderita anemia pada awal kehamilan, dokter atau bidan kemungkinan besar akan tetap merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah pada trimester kedua atau ketiga untuk mendeteksi anemia di tahap kehamilan selanjutnya. 6. Pencegahan Anemia pada Kehamilan Untuk mencegah anemia selama kehamilan, pastikan wanita hamil mendapatkan cukup zat besi. Makan makanan yang seimbang dan tambahkan lebih banyak makanan yang tinggi zat besi ke dalam makanan. Targetkan setidaknya tiga porsi sehari makanan kaya zat besi, seperti a. Daging merah, unggas, dan ikan b. Sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam, brokoli, dan kale c. Sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian d. Kacang-kacangan, lentil, dan tahu e. Kacang-kacangan dan biji-bijian Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Makanan tersebut termasuk Cobalah makan makanan tersebut pada saat yang bersamaan ketika makan makanan kaya zat besi. Misalnya, sang ibu bisa minum segelas jus jeruk dan mengonsumsi sereal yang diperkaya zat besi untuk sarapan. Selain itu, pilihlah makanan yang tinggi asam folat untuk membantu mencegah defisiensi folat. Makanan kaya asam folat termasuk c. Roti diperkaya dan sereal Ikuti petunjuk dokter atau bidan untuk mengonsumsi vitamin prenatal mana yang mengandung jumlah yang cukup asam besi dan folat. Vegetarian dan vegan harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang apakah mereka harus mengambil suplemen vitamin B12 ketika mereka sedang hamil dan menyusui. Jika seorang ibu hamil mengalami anemia selama kehamilannya, ia mungkin perlu untuk mulai mengonsumsi suplemen zat besi dan/atau suplemen asam folat di samping vitamin prenatal lainnya. Dokter atau bidan mungkin juga akan menyarankan untuk menambahkan lebih banyak makanan yang tinggi asam folat dan zat besi dalam makanannya. Selain itu, sang ibu akan diminta untuk kembali melakukan pemeriksaan darah setelah jangka waktu tertentu sehingga dokter atau bidan dapat memeriksa bahwa hemoglobin dan kadar hematokrit membaik. Untuk mengobati kekurangan vitamin B12, dokter atau bidan mungkin menyarankan agar mengonsumsi suplemen vitamin B12. Dokter mungkin juga menyarankan untuk menyertakan makanan hewani lebih dalam makanan, seperti B. HIPEREMESIS GRAVIDARUM Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang buruk akibat dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald 1938-1953 melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor resiko untuk terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7 dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga. Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kasus hiperemesis gravidarum di Canada diketahui beberapa hal yang menjadi faktor resiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah sebagai berikut adalah mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak. Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum. Menurut Goodwin, dkk. 1994 dan Van de Ven 1997, hiperemesis nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain itu, pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis. Namun adanya hubungan dengan serum positif terhadap Helicobacter pylori sebagai penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti. Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari Chemoreceptor Trigger Zone CTZ pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer membypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen. Ketika pusat muntah sudah cukup terangsang akan timbul efek b. terangkatnya tulang hioid dan laring untuk mendorong sfingter krikoesofagus terbuka d. terangkatnya palatum mole untuk menutup nares posterior. Berikutnya timbul kontraksi yang kuat dari otot abdomen yang dapat menimbulkan tekan intragastrik yang meninggi. Akhirnya sfingter esofagus mengalami relaksasi, sehingga memungkinkan pengeluaran isi lambung. Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung Mallory-Weiss Syndrom, dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor biologis, psikologi dan sosiokultural. Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya keluhan hiperemesis gravidarum diantaranya Wanita dengan hiperemesis gravidarum biasanya memiliki kadar Human Chorionic Gonadotrophine HCG yang tinggi. Secara fisiologis HCG dapat merangsang reseptor Thyroid Stimulating Hormones TSH sehingga menyebabkan terjadinya transient hyperthyroidism. Pada 50-70% kasus terdapat penurunan kadar TSH dan pada 40-73% kasus terjadi peningkatan kadar FT4, namun perubahan kadar ini tidak selalu diikuti dengan gejala klinis hipertiroid ataupun pembesaran kelenjar tiroid. Semakin besar peningkatan konsentrasi HCG maka akan diikuti oleh peningkatan kadar FT4 yang semakin tinggi dan penurunan kadar TSH. Pada beberapa kasus hiperemesis, peneliti menemukan korelasi positif antara beratnya keluhan mual dan muntah dengan tingkat stimulasi tiroid. Namun demikian teori ini masih kontroversial karena belum banyak didukung oleh hasil penelitian yang lain. Beberapa studi menghubungkan tingginya kadar estradiol terhadap beratnya mual dan muntah pada wanita hamil, sementara yang lain menemukan tidak adanya korelasi antara kadar estrogen dengan beratnya mual dan muntah pada wanita hamil. Intoleransi terhadap kontrasepsi oral terkait dengan mual dan muntah dalam kehamilan. Progesteron juga mencapai puncaknya pada trimester pertama dan menurunkan aktivitas otot polos, tetapi penelitian gagal untuk menunjukkan keterkaitan antara kadar progesteron dan gejala mual muntah pada wanita hamil. Namun demikian dipercaya bahwa peningkatan kadar hormon estrogen dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung. Sementara itu peningkatan kadar hormon progesteron akan menurunkan motilitas usus sehingga memicu mual dan muntah. Pada hiperemesis gravidarum terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, abnormalitas saraf simpatik, dan gangguan sekresi vasopressin sebagai respon terhadap perubahan volume intravaskular. Semua ini pada akhirnya mempengaruhi peristaltik lambung sehingga menimbulkan gangguan motilitas lambung. Pada penderita hiperemesis gravidarum biasanya saluran gastrointestinal lebih sensitif terhadap perubahan saraf / humoral. Peningkatan kadar serum transaminase secara ringan terjadi pada hampir 50% dari pasien dengan hiperemesis gravidarum. Gangguan Fatty Acid Oxidation FAO mitokondria telah berperan dalam patogenesis ibu hamil dengan gangguan hati terkait dengan hiperemesis gravidarum. Ibu hamil dengan defek FAO heterozigot dapat berkembang menjadi hiperemesis gravidarum yang terkait dengan gangguan hati dengan defek FAO pada fetusnya sebagai akibat akumulasi asam lemak di dalam plasenta dan generasi berikutnya dari spesies oksigen reaktif. Atau, mungkin, kelaparan menyebabkan lipolisis perifer dan meningkatkan beban asam lemak dalam sirkulasi ibu-fetus, dikombinasikan dengan penurunan kapasitas mitokondria untuk mengoksidasi asam lemak pada ibu dengan defek FAO heterozigot, juga dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum dan cedera hati saat fetus tidak mengalami defek FAO. Perubahan kadar lemak Jarnfelt-Samsioe et al menemukan kadar yang lebih tinggi dari trigliserida, kolesterol total, dan fosfolipid pada wanita dengan hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak muntah dan kontrol. Hal ini mungkin terkait dengan kelainan pada fungsi hepatik pada wanita hamil. Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam perut yang dapat memperburuk mual dan muntah dalam kehamilan. Penelitian telah menemukan bukti yang bertentangan dengan peranan dalam hiperemesis gravidarum. Penelitian terbaru di Amerika Serikat belum menunjukkan asosiasi dengan hiperemesis gravidarum. Namun, mual dan muntah yang menetap di luar trimester kedua mungkin disebabkan oleh ulkus peptikum aktif yang disebabkan oleh infeksi 3. Vestibular dan penciuman. Sistem penciuman yang tajam kemungkinan merupakan faktor yang ikut berperan terhadap mual dan muntah selama kehamilan. Banyak ibu hamil melaporkan bau makanan yang dimasak, terutama daging, sebagai pemicu untuk mual. Kesamaan antara hiperemesis gravidarum dengan motion sickness menunjukkan petanda dari gangguan vestibular subklinis dan dapat menjelaskan beberapa kasus hiperemesis gravidarum. Hipotesis faktor psikologik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu a. Teori psikoanalisis yang menerangkan hiperemesis merupakan sebuah kelainan konversi atau somatisasi b. Ketidakmampuan ibu untuk merespon stres kehidupan yang berlebihan. c. Meningkatnya penerimaan ibu terhadap kondisi tertentu. Beberapa kasus hiperemesis gravidarum menunjukkan adanya kelainan psikiatri, termasuk sindrom Munchausen, gangguan konversi atau somatization, atau depresi berat. Hal ini mungkin terjadi dibawah situasi stres atau ambivalensi sekitar kehamilan. Tampaknya respon fisiologi dapat berinteraksi dan memperburuk fisiologi mual dan muntah selama kehamilan. Kemungkinan besar, perubahan-perubahan fisiologis yang berhubungan dengan kehamilan berinteraksi dengan fisiologi wanita pada setiap negara dan nilai-nilai budaya. Namun demikian, hiperemesis gravidarum dapat timbul tanpa disertai adanya kelainan psikiatri. Gejala dan Tanda Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu 1. Tingkat I. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung. 2. Tingkat II. Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. 3. Tingkat III. Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri. Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, Ultra Sonographic USG pemeriksaan penunjang dasar, analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa. Keguguran diartikan sebagai keluarnya janin atau persalinan prematur sebelum mampu untuk hidup. Resiko keguguran memiliki persentase sebesar 15% - 40% dari ibu hamil, dan 60-75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 3 bulan. Namun jumlah kejadian atau resiko keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan. 2. Penyebab Terjadinya Keguguran Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keguguran adalah a. Adanya kelainan pada janin yang disebabkan kelainan kromosom, yang terjadi saat berlangsungnya proses pembuahan. Akibatnya, embrio yang terbentuk cacat dan dikeluarkan tubuh. b. Adanya kelainan pada ibu, seperti kelainan pada sisterm hormonal bisa hormon prolaktin yang terlalu tinggi atau progesteron yang terlalu rendah, sistem kekebalan tubuh, infeksi menahun, dan penyakit berat yang diderita si ibu hamil. c. Adanya kelainan pada rahim. Kelainan yang paling umum terjadi adalah adanya miom tumor jaringan otot yang dapat mengganggu pertumbuhan embrio. kelainan lain yaitu rahim terlalu lemah sehingga tidak mampu menahan berat janin yang sedang berkembang. Kehamilan dalam rahim yang terlalu lemah biasanya hanya mampu bertahan hingga akhir trimester pertama. Penyebab lain adalah infeksi, seperti terkena virus TORCH, HIV, Hepatitis dll. Keguguran juga dapat diakibatkan oleh gaya hidup. Wanita yang cenderung merokok, mengkonsumsi minuman keras, obesitas atau berat badan kurang dapat memiliki gangguan hormon yang berakibat gangguan kehamilan Kram biasa umumnya normal dialami wanita hamil. Tapi meski begitu, tetap perlu berhati-hati jika kram disertai dengan napas berat. Atau kram berat dan pendarahan, ibu harus pergi ke dokter segera. Meskipun banyak wanita mengalami bercak selama kehamilan, namun perdarahan berat menunjukkan tanda-tanda keguguran. Situasi ini juga membutuhkan perhatian medis segera. Rasa sakit yang tajam di perut adalah tanda keguguran pada awal kehamilan. Rasa sakit bahkan bisa menyebar dan bisa dirasakan di daerah punggung bawah atau panggul. Ketika bekuan darah melewati vagina pada masa awal kehamilan, itu adalah tanda keguguran. Janin biasanya mulai bergerak pada bulan keempat kehamilan. Jadi jika gerakannya telah berhenti, dan tidak ada pengembangan lebih lanjut, bisa jadi itu tanda keguguran. Sekitar 10-15 persen keguguran terjadi pada trimester kedua dan ini mungkin karena masalah anatomi rahim atau rahim melemah dan tidak bisa menahan perubahan hormonal, infeksi atau masalah kesehatan dengan ibu, keguguran juga disebabkan oleh kebiasaan gaya hidup tidak sehat seperti ibu merokok, malnutrisi, penggunaan narkoba, usia ibu dan sebagainya. 4. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU Kehamilan ektopik atau juga dikenal sebagai kehamilan di luar kandungan merupakan suatu kondisi kehamilan dimana sel telur yang sudah dibuahi tidak mampu menempel atau melekat pada rahim ibu, namun melekat ada tempat yang lain atau berbeda yaitu di tempat yang dikenal dengan nama tuba falopi atau saluran telur, di leher rahim, dalam rongga perut atau di indung telur. Atau dengan kata lain, kehamilan ektopik merupakan suatu kondisi dimana sel telur yang telah dibuahi mengalami implantasi pada tempat selain tempat seharusnya yaitu uterus. Jika sel telur yang telah dibuahi menempel pada saluran telur, hal ini akan menyebabkan bengkaknya atau pecahnya sel telur akibat pertumbuhan embrio. Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh kehamilan dan hal ini merupakan suatu kondisi darurat dimana dibutuhkan pertolongan secepatnya. Karena jika dibiarkan kondisi ini sangat berbahaya dan mampu mengancam nyawa ibu, hal ini disebabkan oleh perdarahan dalam rongga abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Dalam kasus kehamilan ektopik, janin memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat bertahan hidup. Namun di sejumlah kondisi kecil, contoh pada kehamilan abdominal, kehamilan dan janin bisa bertahan hingga masa persalinan dan jika persalinan dilakukan dengan cara caesar, maka ada harapan serta kemungkinan bayi untuk dapat bertahan hidup. 2. Penyebab Kehamilan Ektopik Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal, dan yang paling sering adalah disebabkan adanya infeksi pada saluran falopi tuba falopi - fallopian tube. Kehamilan ektopik besar kemungkinan terjadi pada kondisi a. Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya terdapat riwayat kehamilan ektopik b. Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi c. Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol DES selama masa kehamilan d. Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital e. Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual PMS seperti gonorrhea, klamidia dan PID pelvic inflamamtory disease 3. Gejala Kehamilan Ektopik Pada saat usia kehamilan mencapai usia 6-10 minggu, biasa ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan mengalami gejala a. Ibu hamil mengalami rasa sakit pada daerah panggul salah satu sisinya dan biasanya terjadi dengan tiba-tiba b. Mengalami kondisi perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi atau menstruasi yang tidak biasa c. Mengalami rasa nyeri yang sangat pada daerah perut bagian bawah d. Ibu hamil mengalami pingsan 4. Gejala tahap lanjut pada kehamilan ektopik a. Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering b. Gejala lainnya adalah kulit ibu hamil terlihat lebih pucat c. Adanya tekanan darah rendah hipotensi d. Terjadinya denyut nadi yang meningkat Kehamilan ektopik biasanya sangat sulit di diagnosa oleh dokter karena gejala dan tanda kehamilan ektopik juga biasanya terjadi pada kehamilan normal. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi terjadinya kehamilan ektopik, yaitu dengan cara a. Menggunakan USG ultrasonography. Melalui USG dokter dapat mendeteksi kehamilan ektopik karena tuba falopi terdeteksi mengalami kerusakan dan terjadinya perdarahan atau terdeteksi di luar uterus terdapat embrio b. Melalui pengukuran terhadap kadar HCG Human Chrionic Gonadotopin atau hormon kehamilan. Ibu hamil yang mengalami ektopik biasanya kadar HCG-nya tidak mengalami peningkatan. c. Dilakukannya pembedahan dengan sayatan kecil di bagian bawah perut laparoskopi Dokter akan selalu membatalkan kondisi kehamilan ektopik dengan cara pemberian obat-obatan untuk menahan perkembangan embrio. Efek jangka panjang akan dapat terhindarkan jika kehamilan ektopik dapat terdekteksi sejak dini. Hal ini dapat ditangani dengan pemberian obat suntik agar dapat diserap oleh tubuh ibu hamil, dapat menyebabkan kondisi tuba falopi masih dalam keadaan utuh. Jika kondisi serius seperti jika tuba falopi telah mengembang, maka dokter akan melakukan operasi. Pada kasus Hamil Anggur atau secara medis disebut Molahidatidosa proses kehamilan mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal. Dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung - gelembung yang berbentuk bergerombol menyerupai buah anggur. Seiring kemajuan tekhnologi untuk pemeriksaan kehamilan melalui alat - alat modern seperti USG kandungan, pada masa sekarang ini terutama di kota besar kejadian Hamil anggur mulai jarang ditemukan. Dengan alat USG dokter dapat segera mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Sebagai contoh pada kehamilan dengan Bligted Ovum Kantung kehamilan yang kosong tak berisi janin . Meskipun demikian masih juga kita temukan beberapa kasus hamil anggur, seringkali kiriman dari daerah akibat keterlambatan diagnosa dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala hamil anggur tersebut. Hamil anggur atau Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel - sel trofoblas yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari - ari janin Hasil pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung - gelembung menyerupai buah anggur. Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat. Hal ini yang membuat perut seorang ibu hamil dengan Molahidatidosa tampak cepat besar . Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis di sebut ” Snow storm”. Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang pernah melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui hubungan seksual. Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekononi yang rendah , kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan peredaran darah dalam rahim. Pada umumnya tanda kehamilan test urine positif hamil. Ibu mengeluh ada bercak perdarahan berulang - ulang bahkan bisa menagkibatkan penurunan kadar sel darah merah ibu anemia , tanda dan gejala yang molahidatidosa ini adalah a. Ibu hamil dengan Molahidatidosa juga mengeluh mual muntah yang berlebihan bahkan hingga pada kondisi keracunan kehamilan toksemia gravidarum . Mual dan muntah ini akibat tingginya kadar hormon HCG Hormon Chorionik Gonadotropin dalam tubuh ibu. b. Perut ibu semakin membesar tetapi ibu tidak merasakan gerakan - gerakan janin dalam kandungannya. c. Besarnya perut ibu hamil melebihi besar perut ukuran usia hamil yang seharusnya. d. Pada keadaan lanjut gelembung hamil anggur ikut keluar bersamaan dengan keluarnya darah dari dalam rahim Namun demikian memperhatikan gejala gejala diatas tidaklah cukup. Karena pada keadaan kehamilan dengan kondisi kehamilan kembar, Keguguran , dan adanya penyakit keganasan pada ari ari juga menunjukkan salah satu atau sebagian dari tanda tersebut diatas. Bila ibu hamil menemukan atau mengalami salah satu tanda tersebut diatas jangan langsung cemas. Periksakan dulu pada dokter dan bidan. Belum tentu hamil anggur. 4. Pengobatan Molahidatidosa Dari berbagai literatur disebutkan bila pemantauan sulit dari jangkauan tenaga kesehatan beberapa ibu hamil dengan kasus kehamilan Molahidatidosa ini ada yang mendapat terapi pengobatan juga dengan pil setelah kuretase. Namun demikian pada ibu hamil dengan keadaan Molahidatidosa harus berupaya teratur kontrol agar tidak berkembang menjadi penyakit kanker atau sel sel jinak berubah ganas. Beberapa efek samping yang dapat timbul pada pemberian obat minum Metotreksat profilaksis adalah sariawan, mual, muntah, diare , kulit kemerahan juga kerontokan rambut, kadar Hb menurun dsb. Oleh karena itu paling penting kontrol secara teratur. Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari gelembung - gelembung hamil anggur. Kuretase dilakukan dapat berulang beberapa kali tergantung kondisi kehamilan Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar hormon HCG dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh - sungguh bersih. Pada keadaan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula dilakukan tindakan pengangkatan rahim, namun keputusan ini juga mempertimbangkan faktor umur ibu dan jumlah anak yang sudah dimiliki. Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan. BAB III PENUTUP Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering mengalami anemia. Ketika ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke dapat membuat sang ibu merasa lelah dan lemah. Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Resiko keguguran memiliki persentase sebesar 15% - 40% dari ibu hamil, dan 60 75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 3 bulan. Namun jumlah kejadian atau resiko keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan. Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh kehamilan dan hal ini merupakan suatu kondisi darurat dimana dibutuhkan pertolongan secepatnya. Karena jika dibiarkan kondisi ini sangat berbahaya dan mampu mengancam nyawa ibu, hal ini disebabkan oleh perdarahan dalam rongga abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Pada kasus Hamil Anggur atau secara medis disebut Molahidatidosa proses kehamilan mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal. Dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung - gelembung yang berbentuk bergerombol menyerupai buah anggur. Penyusun berharap sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang masalah yang terdapat selama kehamilan trimester I dan II serta dapat menangani kasus tersebut. Promosikesehatan pada ibu melahirkan meliputi beberapa aspek yaitu: 1. Mengkaji Kesejahteraan Wanita Selama Persalinan. Ketika awitan persalinan spontan, biasanya wanita tersebutlah yang memulai perawatan, baik dengan meminta penolong kelahiran datang atau dengan melakukan atau dengan melakukan persiapan ke fasilitas kesehatan. Tanggung jawab makalah gizi anemiaCourseAcademic year 2021/2022CommentsPreview textMAKALAH GIZI DAN DIETNUTRISI PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUANKEHAMILAN ANEMIADOSEN PEMBIMBING YULI ASTUTI, SKM., MDISUSUN OLEH ALI FAHMI NUGRAHADEANISA ANZANINOVIA DWI NURHALIZHARAHMA WIDIANTIUNIVERSITAS BHAKTI KENCANAJAKARTAJL. Raya Pondok Ranggon No, Ranggon, Cipayung, Jakarta TimurBAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGAnemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih, dan lesu akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam darah. Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak bahkan balita pun bisa terkena anemia. Indonesia jumlah penderita anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah 6–18 tahun mencapai 65 juta jiwa. Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia usia balita,remaja putri,ibu hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total mencapai 100 juta jiwa! ”Artinya, secara kasar bisa dikatakan bahwa satu di antara dua penduduk Indonesia menderita anemia. Dalam survei KRT juga terlihat angka kejadian anemia lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Jika anemia terjadi pada anak perempuan, dampaknya tidak hanya bagi anak tersebut melainkan juga generasi selanjutnya. Ini mengingat anak perempuan tersebut kelak akan mengandung dan melahirkan. Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil,menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa pubertas. Atau ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh. Sebenarnya, anemia dapat dicegah dengan mudah. Namun karena masyarakat terlalu menggampangkan, dan menganggap hal itu hanya lemah, letih, dan lesu saja. Padahal, dampak dari anemia ini sangat fatal bahkan menyebabkan kematian bagi ibu hamil B. RUMUSAN MASALAH Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb hemoglobin kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin. Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan CDC Centers for Disease Control and Prevention. Anemia dapat memperburuk kondisi wanita dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan masa selanjutnya. Pengaruhnya bisa menyebabkan abortus keguguran, kelahiran prematur lahir sebelum waktu- nya, persalinan yang lama karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan, syok serta infeksi pada saat persalinan atau setelahnya. Perdarahan antepartum perdarahan dalam kehamilan yang disebabkan karena lokasi implantasi plasenta ari-ari yang abnormal atau lepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang dapat disertai gangguan pembekuan darah DIC Disseminated Intravascular Coagulation dapat memperberat kondisi anemia saat kehamilan. Dan efeknya akan memberi pengaruh buruk pada bayi, seperti lahir dengan berat lahir rendah sampai kematian perinatal itu, anemia juga dapat menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung baru akan terjadi pada seorang wanita jika Hbnya berada pada ukuran kurang dari 4 gr/dl. Hal ini menyebabkan angka kematian ibu masih sangat besar. Diperkirakan dalam 1 jam, 2 ibuBAB IIPEMBAHASANA. DEFINISI ANEMIAAnemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control 1990 mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua Suheimi, 2007. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi Fe untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum Serum Iron = SI dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total Total Iron Binding Capacity/TIBC meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari Pembagian anemia dalam kehamilan Anemia defisiensi besi Terjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan. Merupakan anemia yang paling sering dijumpaipada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dan makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita menyusui 17 mg. Tanda dan gejala - Memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis,rata, dan mudah patah - Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis angularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut mulutCiri-ciri anemia defisiensi besi - Mikrositosis - Hipokromasia - Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom - Kadar besi serum rendah daya ikat besi serum meningkat Protoporfirin meningkat tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang. Anemia megaloblastik Terjadi pada sekitar 29 % pada kehamilan. disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisensi vitamin B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisensi makanan. Gejala-gejalanya - Malnutrisi - Glositis berat Lidah meradang, nyeri - Diare - Kehilangan nafsu makanCiri-ciri anemia megaloblastik - Megaloblast - promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang - anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat. Hal itu disebabkan oleh defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan Anemia hipoplastik Terjadi pada sekitar 8 % kehamilan. Disebabkan oleh sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplstik karena kehamilan, apabila wanita tsb telah selesai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik lagi. Ciri-ciri pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12. Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata Anemia hemolitik Terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Disebabkan oleh pengancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnay tidak menderita anemia. Anemia hemolitk dibagi menjadi 2 golongan besar - Disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler seperti thalassaemia, anemia sel sabit, sferositosis, eliptositosis, dll. - Disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskuler seperti defisiensi G- Fosfat dehidrogenase, leukemia, limfosarkoma, penyakit hati dll. Gejala proses hemolitik - Anemia - Hemoglobinemia - Hemoglobinuria - Hiperbilirubinuria - Hiperurobilirubinuria Penghancuran sel darah merah anemia hemolitik Infeksi HIV Kekurangan zat besi Perdarahan Genetik Kekurangan vitamin B Kekurangan asam folat Pecahnya dinding sel darah merah Gangguan sumsum tulang D. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. c. Kurangnya zat besi dalam makanan. d. Kebutuhan zat besi meningkat. e. Gangguan pencernaan dan GEJALA KLINIS Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama- sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang- kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan DERAJAT ANEMIA Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal ≥11 gr/dl, anemia ringan 8-11 g/dl, dan anemia berat kurang dari 8 g/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7 mg/dl dan tertinggi 14 mg/dl. Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi wanita hamilZat Gizi Tidak Hamil Hamil Energi Kal 1900 ± 300 Protein g 44 ± 12 Vitamin A RE 500 ± 200Vitamin C mg 30 ± 10 Asam folat mcg 150 ± 50 Niasin mg 8,4 ± 1, Riboflavin mg 1,0 ± 0, Tiamin mg 0,9 ± 0, Vitamin B12 mcg 1,0 ± 0, Kalsium 600 ± 400 Fosfor 450 ± 200 Iodium 150 ± 25 Besi 25 ± 20 Zinc 15 ± 5H. DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur, gangguan proses persalinan inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis, gangguan pada masa nifas subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah, dan gangguan pada janin abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain- lain. I. PENCEGAHAN ANEMIA Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging terutama daging merah seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik Hb lebih/=11g/dl, sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100- 200 mcg/hari J. TIPS PENCEGAHAN DAN PERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA Kondisi anemia adalah suatu kondisi yang mudah dikendalikan dan diperbaiki bila penyebabnya adalah kekurangan nutrisi atau bahan baku pembentukan hemoglobin. Bila kondisi anemia yang terjadi pada ibu adalahBeberapa penyebab kondisi anemia adalah penyakit serius tertentu. Oleh karena itu jangan meremehkan kondisi anemia yang anda hadapi. Konsultasikan lebih lanjut kondisi yang anda hadapi dan ikutilah nasehat dokter Pedoman menu Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi ibu hamil - Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi, namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. - Makanan dapat diberikan 4 - 6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika merasa mual, pusing, dan ingin muntah. - Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang beralkohol semacam tape. - Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi seimbang, dengan susunan yang meliputi 2 piring nasi 250 g, 90 g daging atau ikan, sebutir telur, 60 g kacang-kacangan, 3 porsi sayur 100 g, 2 porsi buah-buahan 100 g, segelas susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta 1 sdm minyak atau lemak. - Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari buah seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air rebusan kacang hijau sebagai pengganti cairan yang keluar, karena ibu hamil lebih banyak berkeringat dan sering buang air kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan janin. Penting untuk menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink minuman ringan pemicu hipertensi. - Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat membahayakan kesehatan dan pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan dengan cacat bawaaan dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada kemasan seperti amaranth, potassium nitrit, sodium nitrit, sodium nitrat, formalin, boraks, sianida, rodhamin B, dsb. - Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual dan muntah. - Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan frekuensi sering, misalnya biskuit marie dan jenis-jenis biskuit yang lain, karena biasanya mereka tidak berselera makan. - Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai matang benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi. - Tetap beraktivitas dan bergerak, misalnya dengan jalan santai di pagi Zat-zat gizi pentingZat-zat gizi yang perlu mendapat perhatian dalam konsumsi ibu hamil adalah sebagai berikut - Sumber tenaga, digunakan untuk tumbuh kembang janin dan proses perubahan biologis yang terjadi dalam tubuh yang meliputi, pembentukan sel- sel baru, pemberian makanan dari ibu ke bayi melalui plasenta, serta pembentukan enzim dan hormon penunjang pertumbuhan janin. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg. Kekurangan itu akan diambil dari persediaan protein yang dipecah menjadi energi. - Protein, diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru janin. Kekurangan asupan protein dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin, keguguran, bayi lahir dengan berat badan kurang, serta tidak optimalnya pertumbuhan jaringan tubuh dan jaringan pembentuk otak. - Vitamin, dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B 1 dan B 2 sebagai penghasil energi, vitamin B 6 sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B 12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium. - Mineral, antara lain Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium pada tulang ibu. Ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu, si ibu perlu mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium yang dapat diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik. Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan, yang disebabkan oleh ï‚ Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. ï‚ Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari. ï‚ Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Penanganannya, pertama, menggunakan terapi obat dengan memberikan tablet zat besi ferosulfat 30 - 60 mg per hari, tergantung pada berat ringannya anemia. Kedua, terapi diet dengan meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan sayuran PENGOBATAN ANEMIA Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatuBAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANKejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun anoreksia, konsentrasi hilang, napas pendek pada anemia parah dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan PUSTAKAMother And Baby Sat, 26 May 2007 Sumber Tabloid Ibu Anak skripsi-tesis womenshealth/faq/ Mochtar, R. 1 998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta EGC Saifudin, A. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta YBP-SP Trisno Haryanto, ahli gizi dan dietetik, lulusan Akademi Gizi, Malang Dasarperlunya gizi seimbang bagi ibu hamil pada masa kehamilan merupakan masa terjadinya stress fisiologi pada ibu hamil. Ibu hamil sebenernya sama dengan ibu yang tidak hamil, namun kualitas dan kuantiatasnya perlu ditingkatkan melalui pola makan yang baik dengan memilih menu seimbang dengan jenis makanan yang bervariasi (Purwita Sari, 2009). Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat vitamin B9 dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi. Malabsorpsi artinya tubuh tidak dapat menyerap asam folat secara efektif sebagaimana mestinya. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti penyakit celiac. Asam folat merupakan nutrisi yang penting untuk menjaga kesehatan agar menghindari kondisi ini. Fungsi asam folat yaitu untuk membentuk protein baru di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah merah dan membentuk DNA pada janin. Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah risiko bayi terlahir mengalami cacat tabung saraf seperti spina bifida dan anencephaly hingga 72 persen. 3. Anemia defisiensi vitamin B12 Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah. Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12, gejala anemia pada ibu hamil bisa muncul sebagai akibatnya. Gangguan pencernaan seperti penyakit celiac dan Crohn juga dapat mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin B12 dengan baik. Selain itu, kebiasaan minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil jenis defisiensi vitamin B12. Gejala anemia pada ibu hamil Gejala anemia pada ibu hamil bisa tidak terlihat sehingga tak jarang diabaikan begitu saja. Namun, seiring bertambahnya usia kehamilan, gejalanya bisa semakin memburuk. Kenali dan waspadai gejala anemia pada ibu hamil di bawah ini. Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerus Pusing Sesak napas Detak jantung cepat atau tidak teratur Sakit atau nyeri dada Warna kulit, bibir, dan kuku memucat Tangan dan kaki dingin Sulit berkonsentrasi Penyebab anemia pada ibu hamil Anemia merupakan kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah, lebih rendah daripada batas normalnya. Melansir Mayo Clinic, kondisi ini juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan darah merah dapat menyebabkan cepat merasa lelah atau lemah karena organ dalam tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala. Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan dipengaruhi perubahan hormon tubuh yang mengubah proses produksi sel-sel darah. Beberapa kondisi kesehatan selain anemia seperti perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem imun tubuh juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah. Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil Anemia dapat terjadi pada siapa pun, tapi ibu hamil termasuk orang yang paling rentan mengalaminya. Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia. Anemia disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pasokan darah, zat besi, dan asam folat yang lebih banyak dari biasanya semasa kehamilan. Anemia juga berisiko pada ibu yang memiliki kondisi di bawah ini. Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin banyak darah yang dibutuhkan. Dua kali hamil dalam waktu berdekatan. Muntah dan mual di pagi hari morning sickness. Hamil di usia remaja. Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat. Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil. Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin Penyakit yang sering disebut dengan istilah kurang darah ini bukanlah kondisi yang bisa sembuh dengan sendirinya. Apabila jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu sedikit, ibu dan janin dapat kekurangan gizi dan oksigen yang akan membahayakan keselamatan mereka. Anemia yang parah saat trimester pertama dilaporkan dapat meningkatkan berbagai masalah di bawah ini. Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam kandungan Bayi lahir prematur Memiliki berat badan rendah saat lahir BBLR Nilai APGAR score yang rendah Anemia pada ibu hamil yang parah juga bisa menyebabkan kerusakan organ vital seperti otak dan jantung hingga kematian. Selain itu, anemia dikaitkan dengan risiko keguguran meski belum benar-benar ada penelitian valid yang bisa memastikannya. Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa pengobatan akan memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama melahirkan. Kondisi yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah Kapan saat yang tepat untuk ibu hamil menerima transfusi darah? Anemia dikatakan masuk stadium berat dan perlu dibawa ke UGD ketika kadar Hb kurang dari 7 g/dL. Ibu hamil dengan kadar Hb sekitar 6 – 10 g/dL juga direkomendasikan mendapatkan transfusi darah segera apabila memiliki riwayat perdarahan postpartum atau gangguan hematologis sebelumnya. Transfusi dibutuhkan apabila anemia menyebabkan kadar Hb ibu hamil turun drastis hingga di bawah 6 g/dL dan Anda akan melahirkan kurang dari 4 minggu. Target transfusi pada ibu hamil secara umum adalah Hb > 8 g/dL Trombosit > /uL Prothrombin time PT 1,0 g/l Namun yang harus diingat, keputusan dokter untuk melakukan transfusi darah tidak semata-mata hanya dengan melihat kadar Hb pada ibu hamil normal atau tidak normal saja. Jika menurut dokter kehamilan Anda stabil alias tidak berisiko meski kadar Hb kurang dari 7 g/dL, Anda tidak memerlukan transfusi darah. Hal tersebut dikutip dari Joint United Kingdom Blood Transfusion and Tissue Transplantation Services Professional Advisory Committee JPAC. Cara mendiagnosis anemia pada ibu hamil Risiko anemia dalam kehamilan dapat dicari tahu lewat tes darah saat cek kandungan saat trimester pertama. Tes ini juga sangat disarankan bagi setiap ibu hamil yang berisiko atau tidak pernah menunjukkan gejala anemia pada awal kehamilannya. Tes darah biasanya meliputi tes hemoglobin mengukur jumlah Hb dalam darah dan tes hematokrit mengukur persentase sel darah merah per sampel. Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan CDC di Amerika Serikat mengatakan ibu hamil dikatakan memiliki anemia jika kadar hemoglobinnya Hb pada trimester pertama dan ketiga kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya Hct kurang dari 33 persen. Sementara anemia di trimester kedua terjadi ketika kadar Hb kurang dari 10,5 g/dL atau Hct kurang 32 persen setelah dites. Dokter Anda mungkin akan perlu menjalankan tes darah lain untuk memastikan apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau karena penyebab lain. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan setiap ibu hamil menjalani tes darah, termasuk cek kadar Hb. Idealnya satu kali saat pemeriksaan kandungan pertama di trimester kedua dan sekali lagi pada trimester ketiga. Ini untuk mengetahui apakah Anda mengalami anemia yang kerap terjadi pada ibu hamil. Dokter kandungan nantinya mungkin juga merujuk Anda ke ahli hematologi dokter spesialis masalah dan penyakit darah. Hematolog dapat membantu mengendalikan anemia. Cara mengatasi anemia pada ibu hamil Untuk mengatasi anemia dalam kehamilan, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan. 1. Makan makanan bernutrisi khusus Dokter mungkin menyarankan agar Anda mengonsumsi makanan bernutrisi dan bergizi, khususnya yang kaya zat besi dan asam folat setiap hari. Mulanya Anda hanya akan membutuhkan tambahan 0,8 mg zat besi per hari di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada trimester ketiga. Sementara itu, peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya berkisar dari 400 – 600 mcg per hari, tergantung anjuran dokter. Melansir American Pregnancy Association, di bawah ini merupakan makanan tinggi zat besi untuk mengatasi anemia pada ibu hamil. Daging sapi atau unggas rendah lemak yang dimasak matang Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak matang Telur yang dimasak matang Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung Kacang polong Produk susu yang telah dipasteurisasi Kentang Gandum Sementara itu, di bawah ini merupakan makanan tinggi folat untuk anemia pada ibu hamil. Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau, atau selada Keluarga jeruk Alpukat, pepaya, pisang Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau Biji bunga matahari kuaci Gandum Kuning telur 2. Mengonsumsi vitamin C lebih banyak Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi sayur dan buah tinggi vitamin C, seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, kembang kol, tomat, dan paprika. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi dari makanan secara lebih efisien. Kebutuhan vitamin C harian juga dapat dipenuhi dengan minum suplemen vitamin C, tetapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter agar pengobatan terkontrol dengan baik. Namun, mencukupi asupan gizi dari makanan saja mungkin tidak akan cukup buat ibu hamil. Maka, Anda perlu melakukan langkah selanjutnya untuk mengurangi risiko. 3. Minum suplemen Sebagai langkah awal pengobatan anemia pada ibu hamil, dokter akan menyarankan Anda untuk mulai minum suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat sebagai tambahan vitamin prenatal. Ibu hamil juga bisa minum suplemen sebelum tidur untuk mengurangi risiko mual setelahnya. Jangan lupa minum banyak air setelah menelan vitamin untuk mengurangi anemia pada wanita hamil. CDC merekomendasikan ibu hamil yang memiliki anemia untuk mengonsumsi suplemen besi sebanyak 30 mg per hari sejak cek kandungan pertama kali untuk mencegah anemia defisiensi besi. Sementara untuk suplemen folat anemia pada wanita hamil, WHO dan Kemenkes RI merekomendasikan minum dosisnya sebanyak 400 mcg/hari. Sebaiknya hal ini dilakukan sesegera mungkin begitu akan merencanakan kehamilan dan terus berlanjut hingga 3 bulan setelah melahirkan. Cara mencegah anemia pada ibu hamil Melansir Maternal and Child Health Integrated Program, salah satu cara efektif mencegah anemia pada ibu hamil yaitu mengonsumsi suplemen zat besi. Simak pencegahan anemia saat hamil yang dapat mulai dilakukan dengan mengatur pola makan menjadi lebih baik di bawah ini. Mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi 60 mg zat besi dan 400 mcg asam folat. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi daging, ayam, ikan, telur, dan gandum. Memakan makanan yang kaya akan asam folat kacang kering, gandum, jus jeruk, dan sayuran hijau. Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung vitamin C buah dan sayur yang segar. Perhatikan juga bahwa zat besi dari sumber makanan hewani, seperti daging, dapat terserap tubuh lebih baik dibanding zat besi dari sayuran atau buah. Prevalensianemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1 %. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2016, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2015

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

.
  • s9myx9jb78.pages.dev/317
  • s9myx9jb78.pages.dev/389
  • s9myx9jb78.pages.dev/293
  • s9myx9jb78.pages.dev/138
  • s9myx9jb78.pages.dev/232
  • s9myx9jb78.pages.dev/78
  • s9myx9jb78.pages.dev/108
  • s9myx9jb78.pages.dev/70
  • s9myx9jb78.pages.dev/279
  • makalah anemia pada ibu hamil